Contoh Sampah Garmen Dan Plastik Di Indonesia

Contoh Sampah Garmen Dan Plastik Di Indonesia

Kebutuhan Plastik dan Produksi Sampah Plastik

Kantong plastik masih menjadi isu pembicaraan penting di dunia pengelolaan sampah. Harganya yang relatif murah, mudah digunakan dan gampang diperoleh, membuat kantong plastik telah menjadi bagian dari hidup manusia. Hampir semua kemasan makanan dan pembungkus barang dan makanan menggunakan plastik dan kantong plastik. Belum lagi plastik untuk kebutuhan lain seperti peralatan dan perabotan rumah tangga, alat olahraga, mainan anak-anak, peralatan elektronik maupun medis, dan sebagainya. Melansir dari inswa.or.id Fenomena booming sampah plastik telah menjadi momok yang menakutkan di setiap belahan bumi. Tidak saja di negara-negara berkembang tetapi juga di negara-negara maju seperti Amerika, Inggris, dan Jepang. Penggunaan material plastik saat ini di negara-negara Eropa Barat mencapai 60kg/orang/tahun, dan di Amerika Serikat mencapai 80kg/orang/tahun, sementara di India hanya 2kg/orang/tahun.

Masih dari inswa.or.id, menurut data statistik persampahan domestik Indonesia, yang menduduki peringkat kedua sebesar 5.4 juta ton per tahun atau 14 persen dari total produksi sampah adalah jenis sampah plastik dan mampu menggeser sampah jenis kertas yang tadinya di peringkat kedua menjadi peringkat ketiga dengan jumlah 3.6 juta ton per tahun atau 9 persen dari jumlah total produksi sampah. Menurut laporan Environmental Protection Agency (EPA) US, di Amerika saja, produksi sampah plastik meningkat dari kurang dari satu persen pada tahun 1960 menjadi 12 persen atau sekitar 30 juta ton pada 2008 dari jumlah total produksi sampah domestik negara ini. Kategori sampah plastik yang terbesar berasal dari kemasan dan wadah seperti; botol minuman, tutup botol, botol sampo dan lainnya. Jenis sampah plastik juga ditemukan pada jenis barang plastik yang penggunaanya bertahan lama seperti pada peralatan perlengkapan dan perabotan, dan barang plastik yang penggunaannya tidak bertahan lama seperti, diaper, kantong plastik, cangkir sekali pakai, perkakas, dan perlengkapan medis.(inswa.or.id)

Melansir Daihatsu.co.id Selama masa pandemi Covid-19, sampah menjadi permasalahan baru yang muncul di lingkungan. Dilansir dari BBC Indonesia, jumlah layanan GoFood meningkat hingga 20%, sementara GrabFood juga mengalami peningkatan sebesar 4%. Frekuensi belanja online di Jabodetabek diperkirakan naik dari 1 – 5 kali sebulan menjadi 1 – 10 kali. Sementara berdasarkan survei LIPI pada 20 April – 5 Mei 2020, disebutkan bahwa aktivitas belanja online juga meningkat hingga 62% dengan 96% dari total jumlah paket menggunakan selotip, pembungkus plastik, dan bubble wrap. Pembelian alat pelindung diri seperti masker, sarung tangan, dan face shield juga meningkat dari 4% menjadi 36%.

Kantong plastik menjadi isu pembicaraan penting akhir-akhir ini di dunia pengelolaan sampah. Harganya yang murah, gampang ditemukan, dan mudah digunakan membuat kantong plastik telah menjadi bagian dari hidup manusia. Hampir semua kemasan makanan dan pembungkus barang dan makanan menggunakan plastik dan kantong plastik. Belum lagi plastik untuk kebutuhan lain seperti peralatan dan perabotan rumah tangga, mainan anak-anak, alat olahraga, peralatan elektronik maupun medis, dan sebagainya.

Plastik baru secara luas dikembangkan dan digunakan sejak abad ke-20. Namun  penggunaannya berkembang secara luar biasa dari hanya beberapa ratus ton pada tahun 1930-an, menjadi 150 juta ton/tahun pada tahun 1990-an dan 220 juta ton/tahun pada tahun 2005. Plastik menjadi primadona karena beberapa sifatnya yang istimewa yakni, mudah dibentuk sesuai dengan kebutuhan; bobotnya ringan sehingga bisa menghemat biaya transportasi; tahan lama; aman dari kontaminasi kimia, air dan dampaknya; aman sebagai kemasan barang maupun makanan; dan tahan terhadap cuaca dan suhu yang berubah; dan yang lebih penting lagi adalah harganya murah.

Fenomena booming sampah plastik telah menjadi momok yang menakutkan di setiap belahan bumi. Tidak saja di negara-negara berkembang tetapi juga di negara-negara maju seperti Amerika, Inggris, dan Jepang. Saat ini penggunaan material plastik di negara-negara Eropa Barat mencapai 60kg/orang/tahun, di Amerika Serikat mencapai 80kg/orang/tahun, sementara di India hanya 2kg/orang/tahun.

Akibat sampah plastik yang memerlukan ratusan bahkan ribuan tahun untuk terurai kembali ke bumi, 57 persen sampah yang ditemukan di pantai berupa sampah plastik. Sebanyak 46 ribu sampah plastik mengapung di setiap mil persegi samudera bahkan kedalaman sampah plastik di samudera pasifik sudah mencapai hamper 100 meter. Bahkan menurut catatan lebih dari 1 juta burung dan 100 ribu binatang laut

Di Indonesia, menurut data statistik persampahan domestik Indonesia, jenis sampah plastik menduduki peringkat kedua sebesar 5.4 juta ton per tahun atau 14 persen dari total produksi sampah. Dengan demikian, plastik telah mampu menggeser sampah jenis kertas yang tadinya di peringkat kedua menjadi peringkat ketiga dengan jumlah 3.6 juta ton per tahun atau 9 persen dari jumlah total produksi sampah.

Menurut laporan Environmental Protection Agency (EPA) US, di Amerika saja, produksi sampah plastik meningkat dari kurang dari satu persen pada tahun 1960 menjadi 12 persen atau sekitar 30 juta ton pada 2008 dari jumlah total produksi sampah domestik negara ini. Kategori sampah plastik yang terbesar berasal dari kemasan dan wadah seperti; botol minuman, tutup botol, botol sampo dan lainnya. Jenis sampah plastik juga ditemukan pada jenis barang plastik yang penggunaanya bertahan lama seperti pada peralatan perlengkapan dan perabotan, dan barang plastik yang penggunaannya tidak bertahan lama seperti, diaper, kantong plastik, cangkir sekali pakai, perkakas, dan perlengkapan medis.

Sementara itu, Inggris memproduksi sedikitnya 3 juta ton sampah plastik setiap tahun. Sebanyak 56 persen dari jumlah tersebut berasal dari kemasan, dan 75 persen (dari persentase kemasan) berasal dari sampah rumah tangga. Sampah kantong plastik yang dihasilkan oleh Kota Jakarta saja dalam sehari mencapai 1.000 ton. Sampai saat ini belum ada pengelolaan khusus sampah plastik di tingkat kota. Namun pemulung memiliki peran yang sangat penting dalam mata rantai daur ulang sampah plastik yang dilakukan secara informal. Namun seiring dengan produksi plastik yang meningkat tajam dari tahun ke tahun, kemampuan mendaur ulang Amerika juga menunjukkan kondisi yang sangat memuaskan. Saat ini, 80 persen masyarakat di sana telah memiliki akses pada kegiatan daur ulang plastik. Ini seiring pertumbuhan bisnis daur ulang yang meningkat, tercatat lebih 1.600 unit usaha terlibat  dalam daur ulang plastik sehingga berbagai jenis plastik bisa didaur ulang.

Selain memperkenalkan kegiatan daur ulang plastik, ilmuwan juga terus dipicu untuk bisa mencari alternatif lain bahan pengganti plastik konvensional.  Maka saat ini mulailah diperkenalkan plastik ramah lingkungan, degradable plastic, biodegradable plastic, atau bio plastik di tengah masyarakat. Di Jakarta, tiga produsen baru-baru ini memperkenalkan dirinya memproduksi plastik ramah lingkungan di Indonesia. Ketiganya memiliki produk yang berbeda tapi fokus produknya sama yakni, menyediakan alternatif kantong dan kemasan plastik yang ramah lingkungan.(InSWA)

Seiring kemajuan teknologi, industri lain mulai beralih ke plastik sebagai bahan baku produksinya. Saat ini, semakin banyak barang yang terbuat dari plastik. Sebut saja peralatan makan, alat elektronik, furnitur, dan fashion. Perkembangan ini secara drastis meningkatkan produksi plastik, sedangkan daur ulang plastik menjadi tidak efektif. Selain itu, banyak orang yang memilih untuk membakar sampah, termasuk plastik.

Saat ini ada lebih dari 150 juta ton plastik di perairan Dunia. Jumlah ini meningkat 8 juta ton lagi setiap tahunnya. Jika plastik masa lalu belum terurai dengan sempurna, bisa dibayangkan betapa menumpuknya ketika sampah baru terus bertambah setiap harinya. Padahal ada 5% plastik dapat di daur ulang secara efektif, namun faktanya di Indonesia sendiri belum menerapkan sistem daur ulang yang tepat terhadap sampah plastik.

Indonesia Peringkat Kedua Penyumbang Sampah Terbesar Di Dunia

Indonesia menjadi negara peringkat kedua sebagai penyumbang sampah plastik ke laut di Dunia, berada satu posisi dibawah China sebagai peringkat pertamanya. Crup Penelitian Jambeck menerbitkan temuan mereka tentang sampah plastik di laut dalam jurnal yang berjudul Plastic Waste Inputs From Land Into The Ocean

Data ini mengesahkan bahwa Indonesia mendapat peringkat kedua sebagai penyumbang sampah plastik ke lautam di Dunia. China menjadi negara penghasil sampah terbesar di lautan dengan 262,9 juta ton sampah. Diikuti Indonesia sebanyak 187,2 juta ton, Filiphina sebanyak 83,4 juta ton, Vietnam 55,9 juta ton, dan Sri Lanka sebanyak 14,6 juta ton sampah.

Di Indonesia ada lebih dari setengah atau sekitar 57% sampah di lautan Indonesia yang merupakan sampah plastik. Seperti yang kita tahu, plastik merupakan limbah yang sangat sulit terurai. Butuh sekitar 20-50 tahun untuk dapat terurai, sedangkan butuh 400 tahun untuk sampah dapat hancur di dalam air.

Dalam prosesnya sendiri, sampah hancur menjadi partikel-partikel kecil, menyebar di seantero perairan dan tanpa sadar dikonsumsi oleh hewan laut sehingga sampah tersebut perlahan membunuh makhluk hidup di lautan.

Fakta sampah plastik di lautan selanjutnya adalah bahwa partikel plastik (mikroplastik) bukanlah satu-satunya dampak negatif bagi biota laut. Dalam jangka panjang, manusia juga dapat terpengaruh. Hal ini terjadi karena masyarakat mengkonsumsi ikan dan hasil laut. Ikan / makhluk laut yang menelan mikroplastik menelan racun. Racun ini diteruskan kepada mereka yang memakannya.

Pengelolaan Sampah di Indonesia

Lantas bagaimanakah pengelolaan sampah sejauh ini di Indonesia ?

1. 70,4% sampah ditimbun di Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Di tahun 2019, da lebih dari 380 TPA di Indonesia, setidaknya ada 8.200 hektar yang sebagian akan atau sudah penuh oleh tumpukan sampah.

Lihat Pendidikan Selengkapnya

Indonesiabaik.id - Sampah plastik selalu menjadi masalah utama dalam pencemaran lingkungan baik pencemaran tanah maupun laut. Sifat sampah plastik tidak mudah terurai, proses pengolahannya menimbulkan toksit dan bersifat karsinogenik, butuh waktu sampai ratusan tahun bila terurai secara alami.

Untuk pencemaran di laut, Indonesia merupakan penghasil sampah plastik laut terbesar kedua di dunia. Penelitian dari UC Davis dan Universitas Hasanuddin yang dilakukan di pasar Paotere Makassar menunjukkan 23% sampel ikan yang diambil memiliki kandungan plastik di perutnya.

Jika diolah dengan baik, sampah plastik daur ulang dapat menghasilkan keuntungan sebesar Rp 16.379.472 per bulan dari produksi 48 ton sampah plastik.

Pemerintah pusat maupun daerah melakukan berbagai upaya untuk dapat mengurangi dampak negatif sampah plastik. Seperti yang dilakukan di Bali, tepatnya Kabupaten Badung, disana dilakukan pengelohan sampah menjadi Bahan Makar Minyak (BBM). Begitu juga kota Surabaya, diluncurkan Suroboyo Bus, untuk tiketnya dapat diperoleh dengan menukarkan sampah plastik.

ARTIKEL DLH, KULON PROGO – Keberadaan sampah plastik harus diakui tidak dapat terhindarkan, hampir di setiap penjuru lingkungan sekitar kita.

Jika dicermati, saat ini berbagai produk plastik terdapat kode-kode tertentu. Kode menyatakan jenis plastik yang membentuk material, sehingga mempermudah untuk mendaur ulang.

Contohnya adalah kode segitiga 3 R dengan angka di tengah-tengahnya. Angka menunjukkan jenis plastiknya dan kadang pula diikuti dengan singkatan, seperti:

PET (Polietilena Tereftalat), pada umumnya terdapat pada botol minuman atau bahan konsumsi lainnya yang cair.

HDPE (High Densy Polyethylene) atau Polietilena berdensitas tinggi, biasanya terdapat pada botol detergen.

PVC (Polivinil Klorid), biasanya terdapat pada pipa dan furniture lainnya.

LDPE (Low Density Polyethylene) atau Polietilena berdensitas rendah, biasanya terdapat pada bungkus makanan.

PP (Polipropilena), umumnya terdapat pada tutup botol minuman, sedotan, dan beberapa jenis mainan.

PS (Polistirena), umumnya terdapat pada kotak makanan, kotak pembungkus daging, cangkir, dan peralatan dapur lainnya.

Semakin bertambahnya tingkat konsumsi masyarakat, maka akan semakin bertambah pula sampah plastik yang dihasilkan. Wajar jika kemudian menjadi permasalahan lingkungan yang serius.

Perlu diketahui bahwa sampah plastik sangat sulit untuk hancur. Dibutuhkan puluhan bahkan ratusan tahun agar terurai. Oleh karena itu, diperlukan solusi alternatif agar keberadaan sampah plastik dapat ditangani dengan baik. Alternatif penanganannya antara lain dengan 6 R, sebagai berikut:

Menggunakan kembali barang bekas tanpa pengolahan dahulu untuk tujuan yang sama atau berbeda dari tujuan bahan awal. Contohnya: memakai sampah plastik sebagai bahan baku kerajinan, ban bekas dikemas menjadi tempat duduk, dan sebagainya.

Memanfaatkan barang bekas dengan mengolah materinya untuk digunakan lebih lanjut. Contoh: sampah organik diolah menjadi kompos.

Merupakan semua bentuk kegiatan atau perilaku yang dapat mengurangi produksi sampah. Contoh: pergi belanja membawa keranjang/tas belanja dari rumah.

Menggantikan dengan bahan yang bias dipakai ulang sebagai upaya mengubah kebiasaan yang dapat mempercepat produksi sampah. Contoh: membungkus kue menggunakan daun pisang.

Mengisi kembali wadah-wadah produk kemasan yang habis dipakai. Contoh: memanfaatkan botol parfum untuk diisi kembali dengan parfum isi ulang.

Melakukan pemeliharaan atau perawatan agar tidak menambah produksi sampah. Contoh: sandal yang talinya putus, diperbaiki kembali dengan tali yang baru, tanpa perlu beli sandal baru selama masih layak.

Di samping alternatif solusi di atas, dilansir dari berbagai sumber, saat ini juga sedang dikembangkan pemanfaatan sampah plastik sebagai sumber energi. Semoga berhasil dan terealisir dengan baik. (Prd)

return generate_breadcrumb();

Tak hanya lingkungan, dampak sampah plastik juga dapat memengaruhi kondisi kesehatan. Hal ini perlu diperhatikan karena kehidupan manusia tidak terlepas dari penggunaan plastik di dalamnya. Oleh karena itu, diperlukan cara tepat untuk mengurangi dampak buruk yang ditimbulkan sampah plastik.

Bahan plastik dapat dengan mudah ditemukan di berbagai produk, mulai dari kemasan makanan dan minuman, kantong belanja, hingga peralatan rumah tangga. Ketika tidak lagi digunakan, produk dari bahan plastik tersebut bisa menumpuk dan menjadi sampah di mana-mana.

Berbagai penelitian mengungkapkan bahwa penggunaan plastik dan limbah plastik kian meningkat setiap tahunnya. Bahkan, ada riset yang menyebutkan bahwa Indonesia termasuk salah satu negara penghasil sampah plastik terbesar di dunia.

Dibandingkan dengan jenis sampah lainnya, proses penguraian sampah plastik memakan proses yang jauh lebih lama karena memerlukan bantuan radiasi sinar UV. Bahkan, penguraian sampah plastik bisa memakan waktu hingga 20–500 tahun lamanya.

Bila tidak terurai dengan benar, proses penguraian plastik justru menghasilkan partikel kecil atau mikroplastik, senyawa kimia, dan logam berat yang lebih berbahaya dan beracun. Oleh karena itu, diperlukan langkah-langkah untuk menekan dampak sampah plastik yang dapat terjadi.

SAMPAH PLASTIK DI SEKITAR KITA: ANTARA KEBUTUHAN DAN MASALAH YANG DITIMBULKAN

Admin dlh | 27 April 2022 | 167516 kali

Sampah Plastik di Sekitar Kita: Antara Kebutuhan dan Masalah yang Ditimbulkan

Di Indonesia masih banyak ditemukan pemakaian plastik yang merupakan salah satu material digunakan untuk kemasan sekali pakai. Namun sayang, pengelolaan sampah plastik di Indonesia belum dikelola dengan baik. Salah satu penyumbang masalah utama dalam pencemaran lingkungan, baik pencemaran tanah maupun laut adalah sampah plastik. Masalah ini timbul dikarenakan sifat sampah plastik yang tidak mudah terurai, butuh ratusan tahun bila terurai secara alami.

Apa itu Sampah Plastik?

Sampah plastik adalah semua barang bekas atau tidak terpakai yang materialnya diproduksi dari bahan kimia tak terbarukan. Sebagian besar sampah plastik yang digunakan sehari-hari biasanya dipakai untuk pengemasan. Jadi, kantong plastik juga masih sering dipakai sebagai tempat sampah organik yang akan dibuang ke tempat pembuangan sampah. Melansir Daihatsu.co.id dari situs UN Environment, bahan kimia yang digunakan untuk membuat plastik biasanya berasal dari minyak, gas alam, dan batu bara. Sejak 1950, sampah plastik yang diproduksi mencapai 8,3 miliar ton dan sekitar 60% plastik berakhir di tempat pembuangan sampah atau tercecer di lingkungan alam. Secara tidak sadar, penggunaan plastik mungkin sudah menjadi comfort zone bagi banyak orang. Saat berbelanja, kemasan dan kantong plastik juga menjadi alternatif yang praktis, mudah didapatkan. Bagi para pelaku industri, bahan plastik juga relatif murah dibandingkan material lainnya.

Dampak Sampah Plastik Bagi Kesehatan Manusia

Tak hanya berdampak buruk bagi lingkungan, berbagai senyawa kimia yang terkandung di dalam sampah plastik juga bisa menimbulkan beragam masalah kesehatan, seperti:

Berbagai senyawa kimia beracun yang berasal dari plastik bisa masuk ke dalam tubuh manusia melalui udara, makanan, dan minuman yang terkontaminasi limbah plastik.

Limbah plastik ini bisa menghasilkan zat karsinogenik yang dapat memicu kanker, seperti kanker paru-paru, kanker payudara, kanker prostat, dan kanker testis.

Paparan logam berat dan mikroplastik dapat menyebabkan kerusakan kulit dan memicu berbagai gangguan pada tubuh, seperti gangguan saraf, masalah pencernaan, gangguan pernapasan, dan gangguan kelenjar endokrin, misalnya penyakit tiroid.

Selain itu, beberapa zat beracun dari limbah plastik atau olahan sampah plastik juga bisa menyebabkan gangguan fungsi ginjal dan hati.

Paparan zat beracun dari limbah plastik juga bisa berbahaya bagi ibu hamil, janin, dan anak-anak. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa paparan limbah dan zat beracun bisa meningkatkan risiko terjadinya gangguan tumbuh kembang pada janin dan anak-anak

Selain itu, ibu hamil yang terlalu sering terpapar senyawa kimia dari sampah plastik juga berisiko tinggi mengalami keguguran, bayi terlahir prematur, atau penyakit bawaan lahir pada janin.

Selain itu, kontaminasi bahan plastik, seperti phthalates dan bisphenol A, pada alat dan tempat makan serta mainan anak juga perlu diperhatikan, karena bisa beracun dan berisiko memengaruhi tumbuh kembang anak.

Dampak Sampah Plastik bagi Lingkungan

Sampah plastik yang dibuang sembarangan berpotensi merusak dan mencemari lingkungan. Limbah plastik juga termasuk dalam sumber polusi lingkungan terbesar di seluruh dunia.

Apabila dibiarkan begitu saja, dampak sampah plastik bisa berbahaya bagi ekosistem dan kelangsungan hidup di Bumi. Berikut ini adalah beberapa dampaknya:

Sampah plastik, baik yang bentuknya masih utuh atau sudah hancur menjadi partikel kecil, bisa mengakibatkan pencemaran air.

Hal ini dapat terjadi karena plastik membawa zat kimia, seperti bifenil poliklorinasi dan pestisida, yang dapat mengontaminasi air serta meracuni dan merusak habitat makhluk hidup yang tinggal di sekitarnya.

Ketika dikonsumsi oleh hewan laut, racun ini juga bisa masuk ke dalam tubuh manusia bila sampai hewan laut tersebut diolah dan dikonsumsi.

Dampak sampah plastik selanjutnya adalah pencemaran tanah. Partikel mikroplastik, logam berat, dan zat kimia hasil dari proses penguraian plastik dapat masuk ke dalam lapisan tanah serta menempel pada tumbuhan yang tertanam di dalamnya, seperti sayuran dan buah-buahan.

Bila sayuran dan buah tersebut dikonsumsi oleh manusia, risiko terjadinya berbagai jenis penyakit pun dapat meningkat. Kontaminasi sampah plastik ini juga bisa membuat kondisi tanah menjadi tidak subur.

Proses pembakaran sampah plastik yang dilakukan secara terbuka bisa mengakibatkan terjadinya polusi udara. Hal itu disebabkan oleh adanya partikel mikroplastik, logam berat seperti kadmium dan timbal, serta bifenil poliklorinasi yang terlepas dan mencemari udara.

Selain berbagai polusi di atas, masalah sampah plastik juga kerap memperparah pemanasan global dan perubahan iklim di seluruh dunia.

Cara Mengurangi Dampak Sampah Plastik

Untuk mencegah dan mengurangi produksi sampah plastik, Anda bisa mencoba menerapkan beberapa tips berikut ini:

Dengan menerapkan berbagai tips di atas, Anda turut berpartisipasi dalam mengurangi dampak sampah plastik, sehingga kelestarian lingkungan dapat terjaga dan Anda pun terhindar dari masalah kesehatan yang dapat terjadi.

Apabila Anda masih memiliki pertanyaan seputar dampak sampah plastik atau mengalami masalah kesehatan tertentu akibat sering terpapar limbah plastik, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter, ya.

Solusi Terbaik Untuk Mengurangi Sampah Plastik

Langkah terbaik dalam mengurangi sampah plastik adalah menggunakan bahan organik yang lebih mudah terurai. Yang perlu dibiasakan di masa pandemi ini adalah membawa peralatan makan yang terbuat dari Stainless steel dan kayu untuk mengurangi penggunaan sampah plastik, misal sendok plastik yang merupakan salah satu sampah dari alat makan plastik sekali pakai. Beberapa kebiasaan kecil yang dapat mengurangi potensi sampah plastik antara lain membiasakan masak di rumah. Dengan membiasakan masak di rumah, bisa mengurangi potensi penggunaan sampah plastik. Apalagi di era digital seperti saat ini, dengan anggapan lebih praktis dan lebih hemat waktu, banyak yang memesan makanan siap saji dan pasti dikemas dengan bahan plastik. Sadarkah anda bahwa dengan memesan makanan siap saji justru akan menambah sampah plastik. Selalu membawa tas belanja atau goodie bag saat bepergian. Saat ini sudah banyak minimarket atau supermarket yang tidak menyediakan kantong plastik untuk wadah belanjaan. Selalu bawa tas belanja atau goodie bag meski tidak niat untuk berbelanja, setidaknya hal ini dilakukan untuk berjaga-jaga apabila sewaktu-waktu punya niat untuk belanja. Belanja dengan ukuran yang lebih besar misal membeli kecap kemasan yang biasanya 500 ml diganti menjadi 1 liter, membeli minyak goreng kemasan 1 liter diganti yang kemasan 2 liter dan seterusnya. Gunakan lap kain basah untuk mengganti penggunaan tisu basah. Penggunaan tisu basah memang lebih praktis untuk membersihkan beberapa peralatan rumah tangga, tapi tanpa disadari ternyata tisu basah mengandung resin plastik yang sangat sulit larut dalam air. Alangkah lebih bijaksana apabila penggunaan tisu basah diganti dengan lap basah saja. Masalah sampah plastik mungkin terkesan sepele, tapi dampaknya bagi lingkungan sangat luar bisa. Bukan untuk masa yang akan datang tapi juga di masa sekarang. Mulailah lebih bijaksana dari sekarang untuk mengurangi penggunaan bahan keperluan rumah tangga yang berbahan plastik. Selamatkan pencemaran lingkungan dari sampah plastik ya!.

Masalah Yang ditimbulkan Sampah Plastik

Sampah plastik membawa dampak negatif yang luar biasa bagi kehidupan manusia dan lingkungan. Dampak atau bahaya dari sampah jenis plastik ini antara lain; pencemaran air laut yang dapat mengganggu rantai makanan dan membunuh hewan laut, pencemaran air tanah karena sampah plastik tidak mudah terurai, penyebab polusi udara yang dapat menimbulkan masalah bagi kesehatan manusia, menimbulkan racun karena memproduksi plastik menggunakan bahan kimia beracun, biaya penanggulangan dan pengelolaan sampah plastik sangat mahal dan dapat menurunkan pendapatan negara dari sektor pariwisata.

Anda mungkin ingin melihat